Berita

Konferensi Internasional Ke-28 AFRILEX

Tanggal 11 Juli 2024 oleh Administrator
 7386    1


Konferensi Internasional Ke-28 AFRILEX (The 28th International AFRILEX Conference) diadakan di Universitas Pretoria, Afrika Selatan, pada tanggal 1—4 Juli 2024. Konferensi ini dihadiri oleh beberapa peserta dari negara-negara di Afrika dan negara-negara lain di luar Afrika. Konferensi ini merupakan forum pertukaran gagasan, ide, hasil riset, dan informasi lain yang relevan dengan bidang leksikografi, terutama tentang perkembangan teknologi informasi untuk menunjang leksikografi.

AFRILEX atau African Association of Lexicography merupakan asosiasi leksikorafi yang dibentuk  pada tahun 1995 di Afrika Selatan. AFRILEX memiliki anggota individu dan institusi yang berminat di bidang leksikografi. Tujuan AFRILEX adalah memajukan penelitian dan pendidikan di bidang leksikografi melalui publikasi jurnal dan literatur lain, serta penyelenggaraan konferensi dan seminar secara berkala untuk memfasilitasi pertukaran ide, gagasan, informasi, dan hasil riset di antara peneliti dan praktisi di bidang leksikografi.

Pada gelaran Afrilex ke-28 ini melibatkan staf Kelompok Kerja dan Layanan Profesional (KKLP) Perkamusan dan Peristilahan sebagai delegasi Indonesia. Pelibatan ini didorong oleh kesamaan latar belakang kebahasaan di Indonesia dan Afrika yang memiliki banyak bahasa daerah. Staf KKLP Perkamusan dan Peristilahan yang mengikuti Afrilex ke-28 adalah Chusna Amalia, Dewi Puspita, Dira Hildayani, Dora Amalia, dan Dzien Nuen Almisri.

Dalam konferensi ini Dewi Puspita dan Dira Hildayani mempresentasikan materi tentang standardisasi dan kodifikasi bahasa Indonesia dengan judul Indonesianization: Standardization and Codification of Terms in Indonesian. Sedangkan Chusna Amalia dan Dzien Nuen Almisri memaparkan peran bahasa daerah dalam pengayaan kosakata KBBI dalam materi berjudul Toward 200.000 Entries: How Regional Languages Contribute to The Great Dictionary of The Indonesian Language.

Di sisi lain, staf KKLP Perkamusan dan Peristilahan ingin mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh negara-negara Afrika dalam hal dokumentasi  bahasa-bahasa yang ada. Tidak seperti Indonesia, negara-negara Afrika umumnya tidak memiliki satu bahasa nasional atau bahasa resmi dan semua bahasa diperlakukan sama. Pertukaran informasi, gagasan, serta ide tersebut diharapkan dapat membawa perbaikan dalam penanganan dokumentasi bahasa-bahasa di Indonesia, khususnya dalam bentuk kamus atau produk-produk leksikografi sejenis.

Keikutsertaan Staf KKLP Perkamusan dan Peristilahan pada konferensi Afrilex ke-28 ini memiliki tujuan yaitu 1) mendiseminasikan ide dan gagasan serta praktik baik yang sudah dilakukan oleh Indonesia dalam bidang leksikografi, khususnya dalam penanganan bahasa Indonesia yang didukung oleh sumbangan kosakata bahasa daerah, 2) mengetahui, mempelajari, dan membandingkan apa yang sudah dilakukan oleh negara-negara Afrika dalam hal dokumentasi bahasa-bahasa di Afrika, 3) mempelajari dan mengadaptasi pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang leksikografi seperti yang sudah dilakukan di Afrika, serta 4) membuka peluang kerja sama antara Afrilex, khususnya Dictionary of the Afrikaans Language (Woordeboek van die Afrikaanse Taal/WAT).

Selama konferensi para peserta mendapatkan materi dari sesi pleno untuk pembicara kunci dan sesi paralel dari peserta terpilih. Di samping itu, dalam konferensi ini peserta diikutsertakan dalam ekskursi. Ekskursi ini memberi pemahaman tentang kondisi dan sejarah terbentuknya negara Afrika Selatan.

Konferensi ini berdampak besar bagi delegasi Indonesia berupa keterpajanan terhadap hasil-hasil riset, metode, dan informasi terkini yang relevan dalam bidang leksikografi untuk menjadi bahan perbaikan dan pengembangan produk-produk leksikografi di Indonesia. Selain itu, dampak berikutnya adalah terjalinnya relasi profesional dengan individu atau organisasi yang memudahkan Indonesia untuk menjalin kerja sama dan menjadi warga organisasi profesi lintas negara dan benua. Aktivitas perkamusan di Indonesia, salah satunya melalui produk leksikografi Indonesia seperti KBBI, telah tersebarluaskan kepada peserta konferensi yang datang dari berbagai negara, sehingga timbul pengakuan bahwa aktivitas perkamusan di Indonesia patut diperhitungkan di tingkat internasional. (DN)

 7386    1